Ada beberapa senja yang aku pikirkan tentang kita, tentang bagaimana aku akan menemukanmu kelak
Entah berapa banyak waktu yang aku habiskan untuk mencari sosokmu, yang nantinya akan mencintai Tuhan kita
Yang akan membantuku menemukan jalan dalam acara Tuhan, mencintai keluargaku dan keluargamu.
Adapun cerita, ketika nanti aku menemukanmu, kau cukup melihat kedua bola mataku. Ia akan bercerita bebas, dengan binar dan bulatnya. Kau akan tau bagaimana aku mencarimu. Yang akan aku temukan sekarang atau di masa depan.
A question that starts with the word how. How despite all the
sufferings, pains, agonies one has endured or witnessed, perhaps even at
a daily continuum, how can one remain sane?
Banyak pertanyaan yang dimulai dari sebuah kata. Bagaimana kita merasa menyakiti, tersakiti.
Mungkin aku akan merasa bahagia namun di kala lain akan merasa sedih. Tapi, jika kau baca ini kelak, dalam perjalananku mencarimu, aku mungkin akan bertemu orang yang
kuyakini adalah dirimu, kemudian menyadari kalau aku salah. Dan jika yang aku temukan sekarang adalah dirimu di masa depan, semoga rasa ini tetap sama, yang mana aku akan menikahi pria yang mengerti akan mimpi-mimpinya dan mengerti bagaimana mewujudkannya dengan asa di genggaman bersama. Mungkin aku
akan terluka, dan bisa jadi kamu ada disekitarku saat ini, saling tidak
menyadari keadaan masa depan. Ia misterius. Apakah kamu juga menyadari? Kalau ia
begitu misterius?
There are other parts that go along with this journey and this part is called 'Progress'.
First of all, it feels kind of awkward to be writing all over again in
this blog though it has been one of my favorite places to go to get a
peace of mind. Well, I guess there are times when you’ll feel awkward,
even in your own home, after being away for some specific amount of
time, right?
This is a story about Conny (the rabbit) and Brown (the bear)...
Almost 2yearsago, theywere lovers whofoughttogetherinthecity. Love, hope, dreams, hard work, entertainment,sad, and happy, allpassed along. Butin the end, appears the word of "thrive /grow". Theyfinda newstoryline, whichin turnappearsmisunderstandingsanddisputes.
Everyday, they fought, arguments, ego, everything becomes one. All over, Brown isa manwhodoes notromantic, but due tolackhis un-romantical things, itmakeshimlook perfect and romantic. While, Connyis a womanwho's geekyandnotjaunty, butit ispossiblethatmakesherlook attractive. Thus, there were a problem blew up one by one. Metthe newenvironment, new friends, newlifestyles, new stories. Which in turnmakesthemrarelycommunicatedandmet. BrownbecameveryindifferenttowardsConny and ConnybecamefrequentandangrytowardsBrown. Sotheyoftenquarreledandfinallyparted...
Some things are incommensurable with each other in the sense of not being translatable one into another. Surprisingly, even to herself (Conny), She is enjoying the experience of being a
headhunter, so far. She find it exciting as it gives her new things to
explore, new people to meet, new lessons to learn. And maybe Brown too. Feel the same way like Conny. Conny has get to learn a lot about so many things from each of them, such as
business, management, selling skills, fashion, relationships, family,
basically about life in general.
Admittedly, She (Conny) find it very hard to accept the fact that She cannot jump
right away into the field that She had been learning for the past these
years. She is alone, and... Brown too.
It is about moving on, falling in love again, drifting apart and falling all over again. Somehow, 9 months later, theymet inaccidentalconditions.
Does the cupidhadarcheryintotheirhearts, whichismutuallymissed to each other? ormaybe thatisthe way of god to make them falling in love again? I don't know.
Browntriedagainto refinethe things that is previouslybroken, andfinallytheydecidedto be togetheragainby acceptingeach other's shortcomings.
Conny's tryingtorepair herself. And she wants Brown to know... "Let me be the girl you fall for a little bit more every single day. Let
me be the girl you can show your true colors to. Let me be the girl you
can tell your dreams and deepest secrets. I wanna be the girl you never
thought could ever existed. Let me be the girl you think about even when
other girls are around. Let me be the girl that makes you feel like the
luckiest man alive. The one girl that makes you a true man"
No matter how hard it is, she (Conny) promised herself, she will survive....
10.26 (13/6) "No needto being a romanticone, everyday. Ifeverydayshould beromantic, it will beexhausted. And if it runs out, I've gotwhat? What should I give you then?" 11.52 (14/6) It isJune, now. Wherefor the first timewemetagainafter9monthsapart. Don't you remember?Whether, does it need to be romantic to remember those things?Ijustwant you to rememberhowwemet. or...whetherit isjusta trivialthingto you? Like seasons or clothes. When things are so different that you can actually feel, see, touch, taste, and hear it. I need to apologizing to my self, you, and another person who are close to us. We worked really hard, so hard. You
know what is the only one thing that could measure true love? Time. That even though everything changes, how the person is, what the person
does, that they kept fighting for you; that they never doubt their first
choice of making you their only one. Ingat? Saat secara tidak sengaja kita bertemu di hall kampus ekonomi? Bahkan aku sedang berbicara dengan salah satu teman kampusmu, membahas apa? kita. dan kamu datang dari sudut pintu, aku ternyesum. Amarah menghilang seketika, karena apa? ya, that's love. And suddenly, I have my hand in yours. Fingers caressed by yours, fingers lightly kissed. Will you ever leave me again? Will I ever have to leave you? Yang jika sungguh cinta, kita akan membiarkannya, seperti apa adanya, melanjutkannya hingga nanti kembali ke Pemiliknya.
Aku meminjam motor teman se-kost untuk mampir ke
toko buku.
Jalanan
tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi.
Lama, cukup lama tidak mengendarai
motor ber-persneling ini, agak susah awalnya. Motor kulaju dengan kecepatan 30
km/jam, karena sulit bagiku yang hampir 4 tahun mengendarai scooter.
Sampai
di toko buku, social agency namanya. Awal datang mataku tertuju pada dinding
parkiran motor, “parkir gratis” yang artinya aku tidak perlu menyiapkan Rp 1000
untuk motor atau Rp 2000 untuk konsumen yang datang memakai mobil. Entah apa
namanya, perasaanku arif seketika melihat tulisan itu.
Lantai
2 langsung ku jejal, toko buku ini jarang aku kunjungi. Terakhir adalah setahun
yang lalu. Saat berstatus baru patah hati. Tak kenal hati, rasa mati. Langkah pertama
masuk ke dalam toko buku itu mengingatkan kejadian setahun yang lalu. Siklus hidup
yang berubah, dari yang ketergantungan mulai belajar untuk hdiup sendiri dan
mandiri. Anak tangga pertama aku naiki dan tersenyum kecil mengingat setahun lalu.
Rak
“FARMASI” berderet disamping rak “KEDOKTERAN” dan “MESIN”. Aku meneliti satu
persatu buku, yang herannya diisi dengan buku “Kebidanan”. Aku mencari buku
yang nantinya akan aku sumbangkan ke Perpustakaan.Setelah 40 menit, aku mendapatkan judul yang
dicari. Buku yang ditulis oleh salah satu dosen kelas farmakologiku Dr. Agung.
Sembari
melihat-lihat novel, mataku tertuju pada novel dengan cover berwarna biru muda.
Ya, sebenarnya bukan karena tahu penulisnya siapa, tapi ada kata “Ayah” pada
cover tersebut.
Judul novel itu “Ayahku (bukan) pembohong”.
Tertarik, aku
mengambilnya, membaca tulisan dibelakangnya.
“…kapan
terakhir kali kita memeluk ayah kita? Menatap wajahnya, lantas bilang kita
sungguh sayang padanya?”
Sarafku
terpacu, kemudian yang muncul dipikiranku adalah ayahku. Terakhir aku melihat
beliau adalah di dalam peti, yang baru sampai di bawa ke Yogyarta denga
pesawat. Bahkan aku tidak sempat melihat wajahnya. Bahakn memeluknya saja aku
tidak sempat, aku hanya menyentuh ujung petinya, dan menatapnya sebentar karena
akan segera dikuburkan.
November
2012, bulan dimana aku dipaksa dewasa. Menjadikan otakku bekerja lebih banyak
dari sebelumnya. Di hari ulang tahunku, aku berbicara empat mata dengan ayahku.
Dia tidak menanyakan kenapa, dia juga tidak ingin mencari tahu apa sebab aku
patah hati. Dia tidak menyalahkan pria yang membuatku patah hati. Ayahku hanya
mengatakan…
“kamu hanya perlu lebih banyak belajar dan
melihat dunia, bahagia itu datang dari diri sendiri. Bukan orang lain. Bukan orang
lain yang bertanggung jawab atas kebahagiaanmu, tapi dirimu sendiri”
Dari
matanya aku melihat betapa dia menyukai pria yang membuatku patah hati, pria
yang pertama kali aku kenalkan pada ayahku sebagai teman priaku.
Tapi akhirnya sekaligus
mengecewakannya. Dan saat terakhir dia pergi, hanya itu yang membekas….
Ya,
ayahku juga diakhir percakapan mengatakan ....
“sesuatu yang memang untukmu, pada akhirnya
akan ada untukmu, tidak akan tertukar”
Awalnya
aku tidak memikirkannya. Aku pikir itu hanya kata-kata ayahku untuk menenangkan
saja. Aku juga berpikir, kegagalanku ya karena aku yang salah. Maka memperbaiki
diri adalah cara utama yang harus aku lakukan.
Sampai
tiba saat aku membaca novel “Ayahku
(bukan) pembohong” ini.
“itulah hakikat
sejati kebahagiaan hidup, Dam. Hakikat itu berasa dari diri kau sendiri. Bagaimana
kau membersihkan dan melapangkan hati, bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun
belajar membuat hati kita menjadi lapang. Kita tidak akan pernah merasakan
kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita. Hadiah mendadak,
kabar baik, keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua itu
tidak hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua hilang, dengan cepat hilang pula
kebahagiaan.” –
Tere-liye
Kemudian
aku mengingat, seseorang mengatakan bahwa aku
tidak bisa membuatnya bahagia, dia tidak bahagia ketika bersama denganku.
Ya,
kalimat itu sempat membuatku tidak memiliki hati satu setengah tahun yang lalu.
Ya, senjatanya adalah kata-kata ayahku tadi.
Ya,
aku bangga memiliki ayah seperti beliau.
Hanya
saja terakhir kali aku bertemu dengannya, aku tidak bisa memeluk dan melihat
wajahnya.
Aku
hanya bisa menyentuh ujung pinggir petinya dan melihat kain kafannya.
Siang, 11.48 am. Terik, motorku berhenti disamping mushola desa tempat dimana Ia tertidur.
Ya, ayahku disana. Adzan duhur berkumandang. Standar motor aku turunkan, Assalamualaykum aku ucapkan.
Polanharjo, saksi dimana ayahku terlahir menjadi seorang anak petani. Oh, bukan hanya itu. Dia belajar bagaimana mencari kehidupan, sekolah ke kota dengan mengandeng truk yang bersiap mencari rejeki. Menggandeng? Ya, Ia menaiki sepeda ontelnya, berjaga didepan rumah dan menunggu truk pengangkut alang-alang kering atau kerbau yang bersiap lewat.
Bukan main jaraknya, dari rumah ke SMA-nya lebih kurang 40 menit dengan sepeda. Polanharjo-jebres. Mungkin yang tinggal disekitaran klaten atau solo mengenal tempat tersebut. Anak seorang petani yang bekerja sambilan sebagai tukang jahit, tukang obras. Dan akhir hayatnya menjadi seorang pelaut.
Seorang pria dengan cita-cita biasa, menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin. Bila perlu belajar hingga ke negeri china. Ia tidak peduli dirinya yang bukan seorang sarjana, ia pun tak peduli pendamping hidupnya hanya seorang lulusan SLA. Ada yang tau SLA jika disamakan akan seperti apa tingkat pendidikannya dengan jaman sekarang?
Dua tahun terakhir sebelum Ia tertidur lama, "ndhuk, mau lulus kapan?" itu adalah pertanyaan yang pertama dan terakhir kali pernah beliau lontarkan. Dalam hati ... "baru juga semester 4, udah nanya aja nih ".
"cepat lulus ya, ibumu sudah mau pensiun". Ia mengatakan hal tersebut dengan berlalu membawa motor supra X nya. Oh ya, aku bahkan tidak jauh berpikir kemana yang dimaksud, toh kalau ibu pensiun, bapak juga sudah pensiun, aku yang akan mencari kerja. Kenapa harus sekarang diingatkan. Itu yang 2 tahun lalu aku pikirkan.
22 januari 2012. 6:30 pm, Ia menghubungiku untuk terakhir kalinya.
"ndhuk, sudah pulang? jangan lupa maghribnya"
Aku pikir itu hal yang sama, yang selalu beliau lakukan. Beliau selalu menghubungiku di saat-saat jam shalat. Malu, ya, 20 tahun, dan masih diingatkan untuk shalat.
Aku dengan malas-malasan menjawab "ya, udah pah".
23 Januari 2013. 4:20 am. Aku dihubungi salah satu keluargaku. Oh, bukan bapak atau ibuku. Bahkan bukan masku. Tapi... Bulekku.
"Nok ayu..."
"ya om... ada apa?" -Aku yang masih setengah ngantuk dan mendengar adzan subuh berbunyi.
"Yang tabah ya..."
*Tiba-tiba jantungky berdetak kencang, sangat kencang. Yang ada dipikiranku langsung wajah bapak*
17 Mei 2013. 2:40 pm. Seragam putih hitam aku pakai. Jantung berdegup kencang. Sampai rasa-rasanya jantungku akan melompat keluar dari rongga dada. Merobek perikardiumnya dengan kontraksi yang sangat kencang. Oh, di pojok kiri, Ia melihatku. Bismillah, 1,5 jam berlalu.
21 Mei 2013. Masih 38 menit lagi. Karena wifi kosan yan kurang bagus, jadi ya begini...
Selamat ulang tahun bapak. Ini bukan kado, tapi cita-citamu. Semoga pribadi yang masih terus belajar seperti benih padi yang akan bertumbuh, bisa menjadi padi yang isinya lebat dan semakin merunduk ke bawah.
Dua tahun lalu, sekarang terjawab. Selamat ulang tahun. Suatu saat, kita, bisa berkumpul bersama, yang entah kapan. Besok, lusa, minggu depan, bulan depan, 2 tahun lagi, atau entah sesuka Yang Punya alam semesta ini.
I was going to apologize for crying.
Why am I crying?
How to stop crying?
Some people don't notice everything we do until we stop doing it. Less expectations, less disappointment. And I push my self to that thing "expectations". Is it good to cry? Crying? it didn't make it better.
Kau tahu, siapa yang menciptakan perasaan ini?
Kau tahu, siapa yang membolak-balikkan rasa ini?
Tuhan pun tau akan hak-Nya dan meminta apa yang harus menjadi hak-Nya. Terkadang khilaf selalu datang, tapi apakah ada kata lain selain itu untuk suatu pembenaran?
Bagaimana cara membedakan kau tahu rasa sayang? Cinta? Apakah bisa diutarakan begitu saja? Dengan kata-katakah? Atau dengan perbuatan?
Tuhan, terkadang egois mengatakan kunci hati ini untuk bisa menjaga perasaan yang harus di rasa dariMu, sesungguhnya Engkaulah Maha Pencipta rasa ini. Pantaskan diri, untuk memberikan rasa yang tepat ke orang yang tepat. Keluarga, teman, dan yang terpenting, tahu akan hak-Mu.
Percaya akan adanya laki-laki yang ada untukmu, di kala susah dan senang, tawa dan dahaga, sempit dan lapang, sakit ataupun sehat. Berbakti pada Tuhannya, mengerti akan mimpi-mimpinya dan mimpi-mimpimu, menjadikan tinggi akan martabatmu, mengerti akan maunya dan maumu, mampu menjaga kata-katanya dan pandangannya, tau akan salah dan benarnya.
Maka, berdoalah untuk dia yang ada disiapkan untukmu. Tuhan, Ia sungguh pembolak-balik rasa ini.
Ada beberapa hal yang harus dijalani tanpa harus terus berpikir apakah itu salah atau benar. Ya, 2014, tidak ada yang mengetahui bagaimana rasanya. Mendengar kabar bahwa bunda akan segera pensiun. Setelah ditinggalkan bapak untuk berlayar jauh ke sana, kehidupan kami sedikit timpang. Dari segala sisi. Dan yang paling dirasakan adalah ekonomi. Beberapa hari belakangan saya mencoba meninggalkan dunia. Hari-harinya dipenuhi dengan bekerja paruh waktu dan mengerjakan tugas akhir serta berbicara denganNya. Pagi bertemu malam, kost-an bertemu laboraturium. Lelah, tapi mengingat perjuangan yang dilakukan belum seberapa dengan bunda ku yang jauh disana bekerja hingga larut malam. Saya mengeluh capek, tapi ada yang lebih capek mencari selembar rejeki diluar sana. Akhirnya menyadari, bahwa mencari uang lebih sulit dibandingkan menggunakannya.
21 tahun. Jumlah umur yang saya habiskan hingga saat ini. Entah masih berapa tahun lagi, tapi dengan begitu, saya berterima kasih dan bersyukur sudah dititipkan Tuhan pada kedua orang tua saya yang hebat. Terima kasih bapak, bunda...
Sore itu. Burung gereja kembali pulang di pelataran garasi rumah.
Ia, pulang bersama sekantong plastik berisi dokumen kuliahnya. Angin sepoi yang berhembus namun tak berasa menusuk tulang.
Rutinitas seperti biasanya, ia masuk kedalam ruangan berukuran 4x4, menaruh tas dan dokumennya di pojok lemari kamar. Bersiap duduk di atas bantalan kursi, menyalakan laptop dan kipas angin yang berada disampingnya.
Penat terasa mengisi layar windows yang baru terproses. Ponselnya berbunyi, ia berbalik agak merangkak di atas kasur tidurnya dan segera melihat isi ponselnya.
Senyumnya terlihat, penat pun terasa hilang, isi ponsel tersebut berupa pesan singkat dari dia.
"Hello... :3"
Singkat namun bermakna, ia membenarkan kacamatanya, mengatur posisi tubuhnya yang berada diatas kasur. Sebegitu senangnya melihat pesan tersebut, ia pun bingung apa yang harus dilakukan dengan ponselnya.
...berpikir lama...
"hai... ^^" ... *hapus kembali pesan tersebut*.
"^^... sedang apa?"... *menu "send" pun tak dipencetnya.
"save to draft pada akhirnya."*
Apakah menyatakan perasaan yang sesungguhnya sesulit itu?
I need home. You need it? Just come home Where? Here. This is yours. You can steer yourself in any direction you choose, because you trust him. But when you know he's lying to you, what should you do? "sembuhkan luka dengan memaafkan" someone told me. Merasa kurang, merasa tidak dibutuhkan, merasa akan salah setiap mengambil apa yang diputuskan. Apa pernah merasa seperti itu? Mungkin rasa tersebut yang paling sering muncul dalam diri saya belakangan ini. I just hope I will understand better someday.
This way, we get to learn something new every week from each of us
Saya pernah menyinggung tentang ini "…aku ingin menikahi seorang laki-laki beserta pemikirannya, yang mengerti tentang cita-cita dan mimpi-mimpiku. mimpi-mimpi, yang aku sendiri tidak yakin dapat mewujudkannya…"
Sunny in the earlier, but gloomy in the end. Forecast for today when some people need the truth to face their activities.
Tick tock tick tock... been 2 hours, I only sat in this 1x1 meter room to copying and watched some movie trailer.
Suddenly I got an online message from the operator. He told me it's raining outside.
Bingo! I didn't bring any mantrol or jacket to back home.
Time goes by, it takes a long time, I try to call his phone, only for hearing his voice. ------ 082137****** ------ "hello" *on conversation* ...2 minutes later, "aku kesana ya."
*off* ...1 hour later, he comes with wearing long sleeves. ..."This, go home now. It's getting dark outside." ...He gave me a jacket to back home. Been 3 hours. I don't know what it will be... but indeed your presence comforts me.
And then, I just stare at him, realizing how happy it makes me just... looking at him. With the fact that he's beside
me.
So I've been told... Silence is gold... Silence might be gold, but speaking up is diamond. I know it’s hard to speak up for your self sometimes. The people who ignore you now will somehow need you later. The question now is, "Was it worth it?" I don't know... Silence is a girl's loudest cry.
Ada kalanya kita berjalan pelan. Merasakan apa yang dia, mereka, dan kamu rasakan. Kata-kata bisa menguatkan, sekaligus melemahkan. Maka gunakan yang terbaik dan rasakan apa yang membuat kita bisa tersenyum manis. Bulan-bulan yang dipenuhi tekanan dan harapan. Dunia yang dijalani seperti melempar senyum pada kita, jangan cepat menyerah. Suka sekali melihat fenomena dimana butiran hujan menghantam bagian kaca mobil atau jendela. Saat diperhatikan dengan seksama, butiran hujan adalah air yang tadinya keras menyatu, ketika jatuh bersentuhan dengan kaca, ia akan melerai terpisah.
Let me be the woman you fall for a little bit more every single day. Let
me be the woman you can show your true colors to. Let me be the woman you
can tell your dreams and deepest secrets. The one that makes you a true man.
Just remember, know the rules before you break them. Terkadang kita melupakan hal-hal kecil, bahkan mengabaikannya. Seperti bersyukur, menyapa, berterima kasih, meminta maaf, memaafkan, dan bahkan mengingat.
How it feels? When you can check your "recent updates" routinely, but you can't say hello by text-message, or say hi via email to your lovely one if you don't have credits (pulsa) to texting?
Remember every single thing, not the everything, but not the whole thing too, sometime when the moment began, we try harder to know apa yang sedang dia lakukan, dia sudah makan belum, dia lagi dimana dan sama siapa. Tapi setelah waktu berlalu, terkadang kita melupakan itu.
To writing long emails or text-message or waiting for a call and sipping tea while waiting for the reply to come. So classy, but it always waited. Ironically it is not, because you feel like running out of time.
I had my own doubts and surely you had
yours. I was questioning a lot of things. Being away from you helped me
find the answers. I miss you. Still. No text message from you at all. Do you still call out my name when you are asleep, just like the old times? Because I still did. I long for you and maybe hearing some abridged greetings from you over the phone would be more enough. "Man 1: We accept the love we think we deserve. Man 2: Can we make them know that they deserve more? Man 1: We can try." All I have to do is open my ears to the truth. The happiness is real. If I were to lose you today, am I ready? If you were to lose me today, are you ready?